Keragaman etnis membuat budaya di Indonesia menjadi sangat kaya. Keragaman ini membuat Indonesia menjadi begitu unik dan menarik dimata dunia.
Salah satu contoh keragaman budaya di Indonesia adalah, di setiap daerah atau suku di Indonesia masing-masing memiliki senjata khas tradisional.
Orang Betawi memiliki senjata khasnya yaitu golok betawi. Golok bagi masyarakat Betawi dahulu, biasanya digunakan para jawara (pendekar) sebagai senjata untuk membela diri ataupun melawan penjajah. Di rumah fungsinya sebagai alat untuk bekerja di ladang, atau menyembelih hewan.
Namun pada saat sekarang ini, setelah Indonesia merdeka. Beberapa senjata tradisional tersebut digunakan hanya untuk keperluan sehari-hari, misalnya sebagai alat pertanian. Golok betawi juga dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa Barat dan Banten. Namun, secara fisik dan tampilan model antara golok jawa barat, banten dan betawi sudah pasti berbeda.
Masyarakat Betawi kerap menggunakan golok sebagai senjata atau perkakas mereka. Keberadaan golok sangat identik di tengah masyarakat betawi.
Inilah tiga jenis golok dalam tradisi betawi, yaitu :
- Golok gobag
Gagang pada golok ini tidak memiliki ukiran. Bahan dari gagang itu sendiri adalah kayu rengas, orang Betawi menyebutnya dengan sebutan gagang jantuk.
- Golok ujung turun
Adapun gambar hewan yang diwafak digolok mencerminkan kepercayaan orang Betawi akan hewan yang dianggapnya keramat. Hewan yang paling difavoritkan adalah macan, misalnya ‘golok Mat Item’ yang juga berwafak gambar macan.
Golok jenis ini sering dibawa dan diselipkan disarung oleh para jawara betawi. Golok ini juga menggunakan tanduk, agar ketika dipakai bertarung beban golok menjadi lebih ringan.
- Golok betok
Golok jenis ini pun sering dibawa para jawara bersama golok ujung turun. Orang betawi menganggapnya pisau serut untuk mengasah golok ujung turun.
Pembagian Kategori Golok Pada Masyarakat Betawi
Masyarakat Betawi membagi Golok ke dalam dua kategori, yakni golok kerja (gablongan bendo atau golok dapur), yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Kedua golok simpenan (sorenan), ini dibedakan lagi menjadi dua yakni, ‘sorenan simpenan’ untuk memotong hewan dan ‘sorenan pinggang’ untuk bela diri.
Golok sebagai gablongan umumnya tidak bersarung dan disimpan di dapur. Sedangkan golok sorenan bersarung dan disimpan ditempat yang tidak mudah terjangkau oleh anak-anak. P
Menyimpanan golok dibawah bantal biasa dilakukan oleh para jawara, dan biasanya golok tersebut diberi nama seperti binatang peliharaan, misalnya ‘si batok’. Ini dilakukan turun temurun, untuk menunjukkan kekhasan dan identitas dari golok serta pemiliknya, (berbagai sumber).
Salah satu senjata tradisional
masyarakat Betawi, yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah
menyatu dalam kehidupan mereka. Setiap keluarga Betawi pasti
memilikinya, bahkan setiap lelaki pada zaman dahulu selalu membawanya
kemanapun mereka pergi. Namun karena perkembangan zaman serta teknologi
sehingga golok sudah dianggap tidak praktis lagi dan mulai jarang ditemukan masyarakat Betawi yang memilikinya, kecuali yang masih populer golok gablongan (golok kerja). Walaupun secara fisik golok
tidak lagi menyertai ke mana seorang lak-laki pergi, namun berbagai
kesenian yang tumbuh di kalangan orang Betawi, terutama lenong selalu
menampilkan tokoh-tokoh yang menyelipkan golok sebagai senjata andalan, bahkan ada beberapa pantun yang diciptakan berkaitan dengan golok.
Golok gue golok Ciomas,
Sepotong perak sepotong emas,
Kalau ngomong jangan bikin panas,
Entar gue cincang seperti nanas.
Sepotong perak sepotong emas,
Kalau ngomong jangan bikin panas,
Entar gue cincang seperti nanas.
Golok dalam masyarakat Betawi dibedakan ke dalam dua kategori, yakni golok kerja (gablongan bendo atau golok dapur) digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kedua golok
simpenan (sorenan) ini dibedakan lagi menjadi dua yakni sorenan
simpenan untuk memotong hewan dan sorenan pinggang. Ada juga yang
berbentuk trapesium. Gagangnya terbuat dari kayu yang keras seperti kayu
jambu atau gading dan ada juga dari tulang hewan. Badannya terbuat dari
besi bekas "per" kendaraan bermotor (truk). Sarungnya juga terbuat dari
kayu yang kuat dan ulat yang kemudian dirapatkan dengan tali.
Golok
dalam pembuatannya melalui proses yang cukup lama dan rumit. Setidaknya
ada empat belas perkakas yang dipergunakan untuk pembuatan golok, yakni:
1. Tatakan atau paron sebagai alas tempaan, berupa besi dengan berat 60-75 kg. Bentuknya bervariasi ada yang berbentuk huruf "T".
2. Cetok digunakan untuk menjepit atau mencengkram golok yang masih dalam keadaan setengah jadi, terutama jika akan dihaluskan dengan kikir. Bentuknya menyerupai kunci Inggris tetapi dalam ukuran besar.
3. Pungsong digunakan untuk membuat angin yang sangat diperlukan untuk mempertahankan bara api, cara kerjanya sama seperti pompa angin. Alat ini terbuat dari papan yang cukup panjang.
4. Sepit atau capit digunakan untuk menjepit atau mengambil bahan golok yang masih dalam keadaan membara. Perkakas ini bentuknya menyerupai tang, tetapi pegangannya panjang mencapai 50 cm.
5. Pahat digunakan untuk membelah dan memotong bahan yang akan dijadikan golok. Perkakas ini terbuat dari baja.
6. Palu, bentuknya seperti huruf "T" berdasarkan kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu palu yang digunakan untuk membuat/memisahkan besi yang tidak diperlukan. Beratnya 1,5 kg dan hanya tukang yang menggunakan. Kedua dan ketiga beratnya sarna 3 kg, sama-sama digunakan untuk kenek, namun kegunaannya berbeda, yang satu digunakan untuk memipih atau menipiskan besi / baja dan yang satu lagi untuk menggetok pahat.
7. Kikir, digunakan untuk menghaluskan golok yang sudah sempurna mendekati selesai. Perkakas ini terbuat dari baja (bagian badannya) dan kayu (bagian gagangnya).
8. Pengkorek api, sesuai dengan namanya digunakan untuk mengorek-orek bara api. Perkakas ini terbuat dari besi yang panjangnya 50 cm bagian ujungnya melengkung, sementara ujung lainya diberi pegangan yang terbuat dari kayu.
9. Bak air, digunakan untuk mendinginkan calon golok dengan cara mencelupkan besi atau baja yang sedang di garap menjadi golok. Perkakas ini terbuat dari derum bekas yang dipotong, dengan tinggi kurang lebih 50 cm.
10. Sapu lidi, digunakan untuk membersihkan tempat tempaan (tatakan) dari reruntuhan besi atau baja. Perkakas ini terbuat dari daun kelapa (janur) yang diambil lidinya, kemudian diikat dijadikan satu.
11. Arang, berfungsi sebagai bahan bakar. Arang ini terbuat dari pohon rambutan.
12. Batu asah, digunakan untuk menghaluskan dan sekaligus untuk membuat golok menjadi tajam.
13. Kliwaan digunakan untuk meluruskan bilah golok. Perkakas ini terbuat dari as (baja yang bulat dan panjang).
14. Sapu api, digunakan untuk menyapu atau mengumpulkan arang yang berserakan di dapur. Perkakas ini bentuknya menyerupai alat yang biasa digunakan untuk mengapur dinding, bagian ujungnya terbuat dari akar pohon pandan, sedangkan gagangnya terbuat dari pipa besi.
2. Cetok digunakan untuk menjepit atau mencengkram golok yang masih dalam keadaan setengah jadi, terutama jika akan dihaluskan dengan kikir. Bentuknya menyerupai kunci Inggris tetapi dalam ukuran besar.
3. Pungsong digunakan untuk membuat angin yang sangat diperlukan untuk mempertahankan bara api, cara kerjanya sama seperti pompa angin. Alat ini terbuat dari papan yang cukup panjang.
4. Sepit atau capit digunakan untuk menjepit atau mengambil bahan golok yang masih dalam keadaan membara. Perkakas ini bentuknya menyerupai tang, tetapi pegangannya panjang mencapai 50 cm.
5. Pahat digunakan untuk membelah dan memotong bahan yang akan dijadikan golok. Perkakas ini terbuat dari baja.
6. Palu, bentuknya seperti huruf "T" berdasarkan kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu palu yang digunakan untuk membuat/memisahkan besi yang tidak diperlukan. Beratnya 1,5 kg dan hanya tukang yang menggunakan. Kedua dan ketiga beratnya sarna 3 kg, sama-sama digunakan untuk kenek, namun kegunaannya berbeda, yang satu digunakan untuk memipih atau menipiskan besi / baja dan yang satu lagi untuk menggetok pahat.
7. Kikir, digunakan untuk menghaluskan golok yang sudah sempurna mendekati selesai. Perkakas ini terbuat dari baja (bagian badannya) dan kayu (bagian gagangnya).
8. Pengkorek api, sesuai dengan namanya digunakan untuk mengorek-orek bara api. Perkakas ini terbuat dari besi yang panjangnya 50 cm bagian ujungnya melengkung, sementara ujung lainya diberi pegangan yang terbuat dari kayu.
9. Bak air, digunakan untuk mendinginkan calon golok dengan cara mencelupkan besi atau baja yang sedang di garap menjadi golok. Perkakas ini terbuat dari derum bekas yang dipotong, dengan tinggi kurang lebih 50 cm.
10. Sapu lidi, digunakan untuk membersihkan tempat tempaan (tatakan) dari reruntuhan besi atau baja. Perkakas ini terbuat dari daun kelapa (janur) yang diambil lidinya, kemudian diikat dijadikan satu.
11. Arang, berfungsi sebagai bahan bakar. Arang ini terbuat dari pohon rambutan.
12. Batu asah, digunakan untuk menghaluskan dan sekaligus untuk membuat golok menjadi tajam.
13. Kliwaan digunakan untuk meluruskan bilah golok. Perkakas ini terbuat dari as (baja yang bulat dan panjang).
14. Sapu api, digunakan untuk menyapu atau mengumpulkan arang yang berserakan di dapur. Perkakas ini bentuknya menyerupai alat yang biasa digunakan untuk mengapur dinding, bagian ujungnya terbuat dari akar pohon pandan, sedangkan gagangnya terbuat dari pipa besi.
Pembuatannya pun cukup rumit, pertama,
besi atau baja dipanaskan selama kurang lebih 10 menit di atas pungsong
hingga memerah, diangkat dengan capit, digetok lalu disepuh atau
dicelopkan ke dalam bak air. Tahap kedua pemotongan besi atau baja yang
akan dijadikan golok.
Tahap ketiga pembelahan, tetapi potongan besi tadi dipanaskan terlebih
dahulu hingga membara baru dibelah dengan meletakkannya diatas tatakan
kemudian baru dibelah dengan pahat baja. Tahap keempat pembentukan golok
dengan tetap dipanaskan sebelumnya sambil dipipihkan. Tahap kelima,
penghalusan dengan kikir pada alat yang disebut cetok. Tahap keenam,
penyepuhan dengan dicelupkan ke bak air agar ("tua"=sepuh) kualitasnya
baik. Tahap ketujuh, penajaman dengan menggosokkan mata golok
pada batu asah agar tajam. Tahap kedelapan, pembuatan selut semacam
cincin yang gunanya untuk memperkuat pegangan (hulu). Biasanya terbuat
dari besi dengan cara besi yang lurus dibakar kemudian dibentuk
melingkar seperti cincin. Tahap kesembilan (terakhir), pembuatan gagang
dan serangkanya yang terbuat dari kayu.
Ada empat cara orang Betawi memperoleh golok, pertama dengan membeli di pasar atau pada penjaja golok yang keluar masuk perkampungan. Golok yang diperoleh dengan cara ini biasanya untuk keperluan rumah tangga (gablongan). Kedua dengan memesan kepada seorang pande besi atau orang yang dianggap tahu tentang golok. Golok
yang diperoleh dengan cara ini biasanya digunakan untuk sorenan. Ketiga
dari pemberian teman atau orang lain atau warisan dari orang tua,
kakek, atau nenek moyang. Golok
yang diperoleh dengan cara ini biasanya digunakan sebagai sorenan
simpanan. Keempat, cara ini sering disebut cara gaib, dan sangat
berkaitan dengan jodoh, artinya, walau dengan berbagai cara telah
ditempuh, kalau belum jodoh tidak akan mendapatkannya. Sebaliknya, tanpa
mencarinya tetapi kalau jodoh ada saja penyebabnya, sehingga seseorang
dapat memiliki golok yang diperolehnya secara gaib.
Golok sebagai gablongan umumnya tidak bersarung dan disimpan di dapur. Sedangkan golok
sorenan bersarung dan disimpan ditempat yang tidak mudah terjangkau
oleh anak-anak. Penyimpanan dibawah bantal biasa dilakukan oleh para
jawara dan biasanya golok tersebut diberi nama sendiri misalnya "si Batok" untuk menunjukkan kekhasan dan identitas dari golok serta pemiliknya. Sementara ukuran golok baik mengenai panjang pendek atau besar kecil golok tidak ada kaitannya dengan baik dan jeleknya golok hanya menyangkut masalah selera saja.
Golok juga merupakan wujud fisik kebudayaan sinkretik, yang muncul pada golok berwafak, atau wifik. Wafak adalah aksesori mistikal yang unsur-unsumya adalah huruf dan angka Arab, serta gambar hewan. Jenis wafak pada golok
bukan pekerjaan pengrajin biasa, karena si pembuat dalam proses
pengerjaan harus selalu dalam keadaan suci, artinya tidak boleh ada
hadas. Dan sebelumnya yang bersangkutan harus berpuasa dulu. Begitulah
persyaratan membuat golok berwafak sebagai pusaka Betawi. Golok
berwafak harus dirawat, setidaknya secara teratur mengolesnya dengan
minyak misik, atau buhur. Adapun gambar hewan yang diwafak digolok
mencerminkan kepercayaan orang Betawi akan hewan yang dianggapnya
keramat. Hewan yang paling difavoritkan adalah macan, misalnya golok Mat Item juga berwafak gambar macan.
Theresa Clark Casino and Hotel - JTM Hub
BalasHapusDiscover a great deal in 남원 출장안마 our Hotel & Casino in Jean, LA. 바카라 검증 JSM's Jommy offers 거제 출장안마 a restaurant, spa and fitness center. There is a restaurant, 오산 출장샵 bar, spa, 인천광역 출장샵