Melongok Sejarah Masjid Kampung Bandan
Dalam bahasa Arab, nama masjid ini memiliki arti mulia atau yang dimuliakan. Masjid ini sendiri didirikan oleh Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syahtiri pada tahun 1879. Masjid ini, kini telah berusia 132 tahun.
Yang menjadi daya tarik para pengunjung mengunjungi masjid ini yakni, terdapat tiga makam ulama besar yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk syiar agama Islam. Ketiga makam itu terdiri dari makam Habib Mohammad bin Umar Alkudsi, Habib Ali Abdurrahman Ba’alwi dan Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri. Bahkan kabarnya, ketiga makam ini merupakan makan tertua yang berada di Jakarta.
Adapun awal mula berdirinya masjid ini, yakni bermula ketika Habib Abdurrahman yang merupakan seorang pedagang, berkunjung ke kediaman ulama yakni Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas di daerah Empang, Bogor sekitar tahun 1870.
Kedatangan Habib Abdurrahman kepada Habib Abdullah saat itu tidak lain untuk mengadukan masalah usaha dagangannya. Sesampainya di sana, Habib Abdullah justru memberikan tugas kepadanya untuk menelusuri dua makam ulama besar yang ada di Batavia. "Bila sudah ditemukan, Habib Abdurrahman diperintahkan memeliharanya dan mendirikan tempat ibadah di dekat makam tersebut," kata Habib Alwi, pengurus Masjid Keramat Kampung Bandan.
Dijelaskannya, kedua makam itu adalah para wali Allah. Semasa hidupnya, mereka berdakwah dan menyebarkan syiar Islam di tengah-tengah perkampungan para budak dari Banda yang terzalimi ulah jahat penjajah. "Keduanya terlibat dalam pemberontakan kepada VOC di tahun 1682,” katanya.
Hingga akhirnya Habib Abdurrahman menemukan dua makam yang berdampingan di Kampung Bandan. Habib Abdullah pun membenarkan bahwa kedua makam itu merupakan dua ulama yang dicarinya. Kemudian, Habib Abdurrahman memelihara makam tersebut dan meneruskan menyebarkan ajaran agama Islam di Jakarta. Habib Abdurrahman juga membeli tanah itu dan ia langsung mendirikan semacam tempat persinggahan untuk berteduh dan tempat shalat bagi para peziarah. "Semakin banyaknya peziarah yang datang, di tahun 1879 Habib Abdurrahman akhirnya mendirikan surau atau mushola di Kampung Bandan," kata Alwi.
Pada tahun 1908, Habib Abdurrahman wafat dan kepengurusan Mushola Kampung Bandan diserahkan kepada putranya, Habib Alwi bin Abdurrahman Asy-Syathiri hingga akhirnya mushola itu dikembangkan menjadi bangunan masjid pada tahun 1913 dan rampung di tahun 1917.
Setelah selesai dibangun, di tahun 1949 masjid itu oleh Habib Alwi dinamakan Masjid Jami Al Mukkaromah. "Namun, hingga kini masyarakat dan peziarah lebih mengenal masjid ini sebagai Masjid Keramat Kampung Bandan," tuturnya.
Menurtu Alwi, hingga kini, yang menjadi daya tarik para peziarah di Masjid Keramat Kampung Bandan, adanya tiga makam ulama besar yang dimakamkan di dekat masjid tersebut. "Saya sendiri sudah 13 tahun jadi pengurus masjid, dan kini mendapat amanat untuk memelihara kelangsungan masjid ini," kata Alwi.
Pada tahun 1972, Pemprov DKI Jakarta memasukkan Masjid Keramat Kampung Bandan menjadi salah satu cagar budaya yang bangunannya harus dilindungi. Sejak saat itu, masjid ini setiap satu dasawarsa dipugar agar tetap terjaga kelestariannya. "Masjid Keramat Kampung Bandan pernah mengalami tiga kali pemugaran, yaitu tahun 1979-1980, kemudian 1989-1990, dan yang terakhir 2000-2001. Dana pemugaran itu berasal dari Pemprov DKI Jakarta," katanya.
Adapun tanah yang diwariskan Habib Abdurrahman ini, sejak tahun 1970-an sudah banyak digarap warga pendatang dan dijadikan tempat tinggal. "Saat ini yang tertinggal hanya 30 persen, dan sisanya 70 persen dijadikan lahan pemukiman warga. Karena itu, pada tahun 1998 kami mengusulkan kepada Pemprov DKI Jakarta agar membangun tembok pembatas di sekeliling area masjid yang ditetapkan sebagai cagar budaya ini. Usulan itu akhirnya terealisasi di tahun 2000," ungkapnya.
Selain memiliki sejarah yang panjang, Masjid Keramat Kampung Bandan juga memiliki sejumlah keunikan, di antaranya terdapat sebuah pohon kurma yang berbuah manis disaat bulan Ramadhan yang terdapat di halaman masjid serta sumur tua dengan rasa airnya seperti air zamzam yang diyakini mujarab dapat menyembuhkan berbagai penyakit. "Buah kurma dan air sumur itu digunakan untuk obat. Biasanya orang yang melakukan ziarah akan meminta air sumur kepada pengurus makam sebagai oleh-oleh sepulangnya berziarah," tandasnya.
Makasih ya mas... Skrg jadi tahu kenapa Abah ga mirip dengan dua Habib lainnya :)
BalasHapusObat kangen ini, izin share ya