

Tahun 1821, Raden Abbas menemukan bangunan bersejarah itu dan diberi nama Saung Ranggon. Dalam Bahasa Sunda, saung
berarti rumah di tengah sawah atau ladang. Saung biasa digunakan
sebagai huma atau tempat menunggui padi maupun palawija yang siap panen.
Selama masa penjajahan, saung dipakai sebagai tempat menyepi dan
bersembunyi dari kejaran penjajah.
Saung Ranggon berada di Kampung
Cikedokan, Desa Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat. Bangunan
tradisional itu dibuat di atas lahan seluas 500 meter persegi. Bangunan
bersejarah tertua di Bekasi tersebut memiliki panjang 7,6 meter dan
lebar 7,2 meter. Sedangkan tingginya mencapai 2 meter. Untuk
memasukinya, pengunjung harus meniti anak tangga yang berjumlah 7 buah.
Saung ranggon dibangun dengan prinsip
ramah lingkungan. Material pembuatnya terdiri atas papan kayu serta
bambu. Setiap bagian bangunan tidak dikaitkan menggunakan paku melainkan
memakai pasak bambu maupun tali yang terbuat dari ijuk atau sabut
kelapa.
Saung ini merupakan bangunan tradisonal
khas Bekasi. Atap Saung Ranggon merupakan gabungan dua bidang miring
yang dikenal dengan nama julang ngapak. Bagian dalamnya merupakan
ruangan luas tanpa sekat pemisah. Di bagian bawah saung terdapat kolong
menyerupai sumur yang digunakan sebagai tempat menyimpan benda pusaka.
Di Saung Ranggon pengunjung tidak hanya
dapat menyaksikan wujud bangunan tradisional. Di sini Anda juga disuguhi
pertunjukan budaya yang diadakan setiap waktu tertentu. Setiap tahun,
halaman saung dijadikan tempat untuk menyelenggarakan Hajat Budaya.
Selain memperingati Bulan Maulid, acara tersebut juga merupakan ajang
cuci pusaka. Dalam kegiatan tersebut juga dipentaskan Tari Jaipong dan
wayang kulit khas Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar